21 Oktober 2009

Surat dari Seekor Ayam

Maafkan aku kalau tulisanku ini mengganggumu. Aku sendiri juga tidak yakin apakah benar menulis surat ini atau tidak. Tapi, kupikr, jika surat ini tidak pernah ada, mungkin tidak akan lagi ada kesempatan. Dengan tulisan ku yang berantakan ini

ha.. ha.. kamu menyebutnya cakar ayam, semoga masih bisa terbaca, aku memberanikan diri.

Masih teringat, tiap pagi kamu selalu telat bangun. Sulit sekali untukmu bangun pagi. Sering kali kamu tidak sarapan, langsung saja berangkat. Lihat saja, badan kamu jadi kurus begitu. Tahukah kamu? Aku sangat sedih. Aku bertekad berbuat sesuatu untukmu. Tiap pagi aku akan bangun pagi-pagi, aku akan teriak terus sampai kamu bangun. Sering kali, tenggorokanku sakit, suaraku hilang, tapi aku tetap berusaha teriak sampai kamu bangun. Sekarang mungkin kamu harus berjuang sendiri,
maafkan aku, aku tidak bisa lagi membangunkanmu.

Kata dokter, telurku banyak mengandung protein. Aku begitu bahagia bisa
memberikan sesuatu dari diriku untukmu. Memang aku sulit sekali menerima ini, aku begitu sulit bertelur dengan harapan dapat anakku dapat segera menetas. Tapi sepertinya harapan itu tidak akan pernah terwujud. Setidaknya aku bisa melihatmu sehat karena telurku. Aku tidak pernah menyesal, karena aku mengasihimu, aku sangat mengasihmu.

Akhir-akhir ini, aku merasa aneh, daging pada tubuhku terasa membengkak, terutama bagian pahaku. Aku mulai bertanya kapan aku terakhir fitness. Tapi rupanya itu bukan hasil fitnessku selama ini, kamu telah melakukan sesuatu padaku. Seingatku sering kali aku tertusuk jarum yang tajam dan setelah itu, terasa ada carian yang masuk ke tubuhku. Pertama-tama kukira dengan badanku seperti ini, kamu ingin aku jadi atlit binaraga. Aku begitu bahagia, kamu begitu memperhatikanku. Ketika aku diangkut ke truk bersama teman-temanku, aku masih berpikir aku akan pergi ikut turnamen binaraga. Aku begitu bahagia berpikir bisa membawa pulang piala buatmu sampai aku sadar tempat apa yang kami tuju. Aku melihat teman-temanku sudah terkapar, darah mengucur dimana-mana, mereka sudah tidak beryawa. Teriakanku tertahan, Ini bukan gedung turnamen, ini adalah rumah jagal. Akhirnya
aku mengerti, ternyata aku disuntik supaya dagingku besar, kamu akan
menikmati dagingku. Tapi semua itu sudah terlambat. Aku takut sekali, aku ingin lari keluar tapi aku tak bisa, aku tak berdaya.

Satu-persatu temanku dimasukkan ke dalam sebuah alat yang besar,
teriakan mereka begitu menyayat hati. Aku tahu pasti, sebentar lagi aku akan merasakannya. Aku heran, suara teriakan yang begitu keras, tidakkah itu mengganggumu? Mungkin kamu tidak mendegarnya atau lebih tepatnya tidak mau mendengarnya? Bukankah kita sama-sama mahkluk ciptaan Tuhan? Bukankah dulu kita saling mengasihi? Kenapa kamu berubah begitu cepat? Apakah aku benar-benar tidak bermakna di matamu?

Waktuku sudah hampir habis, sebentar lagi akan tiba giliranku. Sudah tidak ada gunanya lagi aku berbicara terlalu banyak. Ketika kamu membaca surat ini, aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Hmm, mungkin juga aku sudah berada dalam perutmu!

Tapi ada satu hal yang aku ingin sekali kamu tahu, bahwa aku masih mengasihmu, saudaraku. Aku doakan semoga kamu bisa hidup bahagia denga kasih. Semoga pengorbananku ini bermakna bagimu. Aku masih terus menantikan hari dimana kita bisa hidup bersama, saling mengasihi. Mungkinkah hari itu akan tiba?

Kucing Vegetarian

Dapatkah seekor kucing menjadi vegetarian? Kebanyakan dokter hewan akan berkata, "Tidak mungkin. Saya tidak pernah mendengar hal seperti itu. Bagi kucing, lebih baik mati dari pada menjadi vegetarian!" Tetapi Saudari Liu punya seekor kucing yang sangat luar biasa, bernama "Bighead (si Kepala Besar)" yang sangat ketat bervegetarian, menolak untuk menyentuh makanan apa saja yang berbau daging, bahkan juga "daging" vegetarian. Di bawah ini adalah cerita yang menarik dari kucing yang luar biasa ini.
Tuhan pasti telah mengatur agar saudari Liu bertemu dengan Bighead. Setelah diinisiasi, saudari Liu tidak memelihara binatang sebab dia harus bervegetarian dan tidak suka akan bau binatang. Kemudian pada suatu hari, dia pindah ke rumah yang baru. Setelah memindahkan barang-barang, dia menemukan seekor kucing liar yang badannya kecil dan kurus kering di tangga apartemennya, dan untuk beberapa hari dia memberikan susu dan biskuit pada kucing itu.
Saudari Liu mengajar Bahasa Inggris di rumah, dan suatu hari sebelum kelas dimulai, kucing itu mengikuti muridnya masuk ke dalam apartemennya. Tetapi, saudari Liu yang selalu menjaga kebersihan rumahnya, tidak mau memelihara binatang itu dan mengeluarkannya. Pada malam itu, beberapa saudara sepelatihan datang ke rumah saudari Liu untuk meditasi kelompok, dan seorang dari mereka mengusulkan agar saudari Liu memelihara kucing yang tak berdaya itu. Pada hari berikutnya, ketika saudari Liu melihat kucing itu di tangga, dia membuka pintu dan berkata pada si kucing, "Jika kamu ingin tinggal bersama saya, kamu harus menjadi vegetarian seperti saya." Kemudian saudari Liu mulai menghitung dari satu sampai sepuluh dan dia memutuskan akan menutup pintu jika si kucing kecil itu tidak masuk ke dalam rumah sebelum dia selesai menghitung. Tetapi ketika dia menghitung sampai delapan, si kucing dengan perlahan berjalan masuk dan mulai saat itu menjadi anggota keluarga saudari Liu.
Apa yang sebenarnya dimakan oleh Bighead? Saya yakin semuanya ingin tahu tentang itu! Bighead makan ketimun, tunas alfalfa, pepaya, buah kesemak, apel, pir, seledri, kubis, tomat, serat daging vegetarian, biskuit, dan bahkan pothos rebus (potted golden pothos). Dia terutama sangat suka akan ketimun, tunas alfalfa dan makanan asam manis. Bahkan sekarang dia mendapat hal-hal baru dalam daftar makanannya! Hal lain yang menarik dari kucing ini adalah dia memilih makanan yang ringan. Dia menolak makanan vegetarian yang menyerupai daging. Luar biasa! Kita tahu bahwa kucing tidak punya gigi geraham, lalu bagaimana Bighead mengunyah makanan? Saudari Liu mengunyah makanan itu duluan dan kemudian menempatkan sepotong kecil, yang tidak lebih besar dari kacang ijo, di telapak tangannya dan memberi makan pada si kucing. Setiap kali makan akan menghabiskan waktu sekitar satu jam. Pada permulaan, Bighead belum dapat mengontrol rahangnya dengan baik dan giginya menggarut jari saudari Liu, tetapi sekarang kucing pandai itu telah belajar bagaimana menjilat makanan tanpa melukai majikannya. Dari sini kita tahu kalau binatang pun punya perasaaan dan sangat berpengertian.
Ketika Saudari Liu membawa Bighead ke dokter hewan untuk pertama kalinya, kucing itu mengambil sikap bertahan dan galak. Setelah tiga kali berkunjung, kucing itu menjadi jinak, tenang dan sangat bekerja sama. Pada mulanya dokter hewan itu tidak percaya kalau kucing dapat menjadi vegetarian, tetapi kemudian dia tertawa dan berkata kalau Bighead akan segera menjadi "tercerahkan," dan melalui insiden ini dia mulai mengenal ajaran Guru. Di bawah pemeliharaan yang teliti, kucing tak berbulu ini mulai mempunyai bulu lagi dan karena berdiet vegetarian, dia tidak berbau seperti halnya binatang lainnya.
Bighead adalah seekor kucing spiritual "Quan Yin". Dia berjalan dengan tenangnya di antara para inisiat yang datang untuk bermeditasi bersama, dan setelah bermeditasi, seorang saudara sepelatihan mendapatkan Bighead duduk tak bergerak pada lututnya, sepertinya dia sedang bermeditasi. Ketika para inisiat bersiap-siap untuk pulang setelah sesi meditasi selesai, kucing itu duduk di bantal dari setiap orang selama beberapa saat, supaya mendapatkan berkah. Bighead juga adalah weker dari saudari Liu. Setiap pagi, si kucing membangunkan saudari Liu untuk mengingatkan dia akan saat meditasi!
Sejak Bighead mulai makan makanan vegetarian, dia menjadi jinak dan bertingkah laku menyenangkan, yang membuatnya menjadi terkenal di antara para dewasa dan anak-anak. Tetapi dia juga sensitif. Dia menyembunyikan diri jika ada orang asing yang datang, tetapi keluar dengan segera untuk menyambut para inisiat. Ketika murid saudari Liu datang, dia bersembunyi, tetapi ketika anak-anak inisiat datang ke rumah saudari Liu, dia bermain dengan mereka dan membiarkan mereka mengelus tubuhnya. Kucing yang sangat menyenangkan!
Bighead tinggal dengan gembira dan bebas di rumah saudari Liu, dimana dia menikmati meluncur di lantai yang bersih dan berjungkirbalik ketika dia berada sendirian di rumah. Saudari Liu telah belajar tentang kebajikan, cinta dan kesabaran dari Bighead, dan sekarang mengerti kalau binatang pun mempunyai aspek kerohanian, yang berbeda hanyalah mereka menggunakan bahasa yang berlainan. Bighead adalah suatu bukti nyata bahwa binatang peliharaan dapat menjadi vegetarian, yang membuat mereka lebih sehat dan memiliki bulu yang lebih indah. (Silahkan melihat rujukan pada "Diet Vegetarian Menyelamatkan Anjing," Majalah News No. 134.) Apakah kalian ingin mencoba gaya hidup saudari Liu? Mungkin binatang peliharaan kalian akan menjadi kucing atau anjing vegetarian yang berbahagia.
Diceritakan oleh Saudari Sepelatihan
Taipei, Formosa.

Hak hidup hewan?

Jika Kekejaman dan Ketidakadilan terhadap Manusia saja Masih Terjadi, Mengapa Kita Sibuk Mempermasalahkan Kekejaman terhadap Hewan? Alphonse Lamartine mengungkapkan kembali apa yang disuarakan Abraham Lincoln ketika dia berkata, “Kita tidak memiliki dua hati, hati untuk hewan dan hati untuk umat manusia. Tak ada bedanya kekejaman terhadap hewan maupun kekejaman terhadap manusia, tetapi menunjukkan mereka telah menjadi korban.”

Jika hati manusia buta dan tuli terhadap kesakitan dan penderitaan korban yang lemah seperti hewan yang dibunuh karena makanannya atau sebagai hewan percobaan di laboratorium maka akhirnya hati yang satu ini akan mengeras.

ImageAkibatnya lahirlah segala bentuk kebrutalanyang menjadi bumerang bagi umat manusia. Seperti dilukiskan oleh sebuah syair kuno tentang pembunuhan dan perang di antara sesama manusia, “Untuk mengetahui dari mana asalnya bentuk kekejaman ini bermula maka dengarkanlah tangisan pilu dari rumah jagal.” “Dunia yang lebih baik akan terwujud jika kita memiliki keberanian untuk mengakui kekejaman adalah kekejaman, baik korbannya adalah manusia ataupun hewan.” Kalimat ini diutarakan Rachel Carson, orang pertama yang menyadarkan dunia tentang bahaya pestisida. Satu hal dalam Rachel Carson yang akan ditambahkan oleh Abraham Lincoln adalah beranilah berjuang bagi mereka yang menjadi korban, karena inilah panggilan dalam diri manusia.

Panggilan nuraniah menghidupkan kebenaran untuk menuju dunia yang membahagiakan bagi semua orang, semua makhluk. Apakah anda ingin mengatakan bahwa hewan juga memiliki hak seperti manusia, sehingga seekor anjing juga berhak untuk ikut pemilu dan berhak dipilih menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat? Hewan tidak selalu memiliki hak yang sama dengan manusia karena kepentingan mereka tidak selalu sama dengan manusia. Misalnya seperti contoh yang anda katakan. Seekor anjing tentu saja tidak memiliki kepentingan dalam pemilihan umum. Karenanya anjing tidak memiliki hak untuk memilih karena hak itu hanya akan sia-sia saja, seperti halnya semua anak kecil atau bayi di semua negara tidak memiliki hak memilih maupuh dipilih. Hewan tentu saja memiliki hak yang bersesuaian dengan kepentingan mereka. Contohnya, sudah pasti anjing memiliki kepentingan untuk tidak merasa sakit. Seperti sakit pada manusia maka rasa sakit yang dialami anjing juga membuat anjing tidak leluasa. Karena itu kita perlu menaruh perhatian dan menghormati hak anjing dengan tidak secara tak perlu menyebabkan timbulnya rasa sakit pada mereka. Dengan singkat tidak menyakiti anjing dan hewan lainnya secara tak perlu. Akan datang hari yang menjadi kenyataan, ketika hewan mendapatkan hak-haknya kembali dari tangan tirani yang menggenggamnya. (Jeremy Bentham)

Apakah perlakuan pemilik ternak kepada hewannya memang tidak layak. Bukankah mereka menyediakan kandang bagi ternaknya sehingga dapat terlindungi dari cuaca yang buruk dan predator. Bahkan juga diberi makan dan minum. Apakah kondisi demikian tidak lebih baik dari kehidupan di alam liar? Di masa lalu pedagang budak berargumen lebih baik menjadi budak di masyarakat Kristen yang berbudaya daripada memiliki kemerdekaan tetapi di hutan belantara. Pola pikir atas hidup dan kebebasan makhluk lain. Produser ternak mengatakan hewannya lebih menyukai “makan tiga kali sehari” daripada kehidupan di alam liar. Padahal istilah “liar” adalah proyeksi manusia atas tanah Bumi yang asing baginya. Liar menurut manusia tidak berarti ”liar” bagi hewan di sana. Itulah rumah mereka. Di peternakan, justru hewan hidup dalam situasi lebih yang mencerminkan kehidupan manusia dan bukannya cara hidup hewan di habitat aslinya tak logis kita berargumen manusia melindungi ternaknya dari “predator” (pemangsa). Justru kitalah predatornya. Apalagi dengan mengurung mereka seperti yang kita lakukan kita telah memaparkan mereka kepada lebih banyak lagi parasit. Belum lagi jutaan ternak mati karena stres akibat panas dan kondisi iklim dibandingkan hewan yang hidup di alam bebas. Ditambah lagi hidup dalam kurungan sehingga tidak bisa mengembangkan kemampuan pertahanan alaminya. Akibatnya timbul stres patologi yang dapat menghancurkan sistem imunitas.